KONSEP DAN BENTUK RUANG RAKKEANG RUMAH TRADISIONAL BANGSAWAN BUGIS DI BONE SULAWESI SELATAN
Abstract
Arsitektur tradisional Bugis erat kaitannya dengan sejarah kerajaan Bugis pada masa lalu, dimana Kota Bone sebagai basisnya di Sulawesi Selatan. Didalam rumah tradisional bangsawan Bugis Bone terbagi atas 3 ruang secara vertikal yaitu: Rakkeang, Alle Bola dan Awa Bola. Konsep bentuk ruang yang khas pada Rakkeang mampu memberikan ekspresi karakteristik tersendiri, sehingga perlu diteliti lebih mendalam sebagai aset karya arsitektur nasional penghubung masa yang lalu dan masa yang akan datang. Tujuan penelitian ini menemukan konsep bentuk ruang Rakkeang yang berpengaruh terhadap karakter arsitektur rumah tradisional bangsawan Bugis. Penelitian ini mencakup basis kerajaan suku Bugis di Kabupaten Bone. Metedologi penelitian ini kualitatif dengan pendekatan paradigma rasionalistik. Hasil penelitian bentuk ruang Rakkeang ini secara spasial terletak simetris dengan Indo Bola dan cenderung mengikuti pola ruang yang ada dibawahnya, semakin besar ukuran ruang Rakkeang semakin tinggi derajat kebangsawanannya, Sedangkan orientasi ruang Rakkeang menghadap kejalan dan hirarki ruang merupakan simbol kewibawaan dengan fungsi khusus yang sifatnya privasi. Secara fisik konsep bentuk Rakkeang simetris berukuran lebih besar dan kemampuan variasi konstruksinya lebih varatif. Hal ini sebagai simbol derajat sosial dan kemampuan penghuni secara ekonomis. Sedangkan bentuk elemen-elemen Rakkeang dimaksudkan agar hegemoni kebangsawanan tetap diterjaga, dan dapat mempengaruhi persepsi setinggi apa status sosialnya dalam masyarakat.
References
Mattulada, Kebudayaan Bugis-Makassar, dalam Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1997.
Tjahjono, G. Cosmos, Center and Duality in Javanese Architectural Tradition; The Symbolic Dimension of House Shapes in Kotagede and surroundings. Dissertation Doctor of Phylosophy, University of California at Berkeley. 1990.
Silas, J. Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Timur. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Depdikbud. Surabaya. 1984.
Pangarsa, G.W, Tjahjono, R dan Pamungkas,S.T. Deformasi dan Dampak Ruang Arsitektur Madura Pedalungan di Lereng Utara Tengger. Laporan Hasil Penelitian, Universitas Brawijaya. Malang. 1994.
Mappangara, Suriadi, Ensiklopedia Sejarah Sulawesi Selatan sampai Tahun 1905. Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, 2004.
Muhammad, Amin Data, Bentuk Rumah Bugis-Makassar, Ujung Pandang: Depdikbud, 1990.
Hamid, Abu, Kebudayaan Bugis. Makassar: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, 2006.
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Lewcock, Ronald dan Gerald Brans, The Boats as an Architectural Symbol, dalam Paul Oliver (ed) Shelter, Sign, and Symbol. New York: The Overlock Press, 1980.
Habraken, N.J, General Principles Of About The Way Environment Of Architecture, Massachussets: MIT, 1978.
Pelras, Christian, Manusia Bugis. Jakarta: Forum Jakarta-Paris Ecole Francaise d”Extreme-Orient, 2006.
Ronald, Arya, 1993. Ciri-ciri Karya Budaya di Balik Tabir Keagungan Rumah Jawa, Yogyakarta: Uneversitas Atmajaya, 1993.
Kluckhohn, C, dalam Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Authors who publish with Losari : Jurnal Arsitektur, Kota dan Pemukiman agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.